Pada sekitar tahun 2007 sejarah berkata lain tentang pengadaan roket di Indonesia. Tahun tersebut adalah tahun cikal bakal roket buatan dalam negeri. Mulanya Kemenristek membentuk Tim D-230 gunanya untuk meneliti kemudian mengembangkan hulu ledak roket yang memiliki diameter 122 milimeter dan memiliki jangkauan yang tak kurang dari 20 Km. Dengan kegigihan mereka, 3 tahun yang lalu roket dambaan bangsa dapat diluncurkan, dan kabar baiknya roket tersebut telah lulus uji coba dengan hasil yang sangat memuaskan, roket tersebut kemudian diberi nama dengan roket D-230. Setelah beberapa bulan, kementrian pertahanan menganggarkan sebagian dana untuk mengadakan program 1000 roket, Kementrian Pertahanan juga membeli prototype yang telah diluncurkan di kesempatan lalu, kemudian mengubah namanya dengan roket R-Han 122. Roket darat ke darat ini merupakan roket pertama buatan anak bangsa, dengan kecepatan 1,8 mach roket ini akan segera tampil mendukung alutsista dalam negeri.
<Penelitian Mendalam Proyek D-230 dan R-Han>
<Roket D-230 Sebagai Cikal Bakal Roket R-Han>
Setelah membeli roket D-230 dan mengubahnya menjadi roket R-Han, pemerintah tak tinggal diam, mereka mengumpulkan ahli ahli dari berbagai instansi. Melalui Balitbang Pertahanan RI serta Kemenristek, pemerintang mengundang PT Pindad, PT Dahana, PT Krakatau Steel, LAPAN, PT DI, serta beberapa Perguruan Tinggi terkemuka diantaranya : UGM, ITS, ITB, Universitas Ahmad Dahlan, UNS, dan Universitas Suryadharma. Tugas mereka adalah menambahkan warhead atau yang biasa dikenal dengan “hulu ledak” yang cukup dan efisien untuk sejenis roket R-Han dengan daya jangkau rendah, sekitar 11 hingga 14 Km.
<Teknologi Sistem Kendali serta Hulu Ledak Buatan PT Dahana>
Yang perlu dikagumi dalam pembuatannya, roket R-Han 122 adalah murni buatan dan inisiatif anak bangsa. Mereka bukan hanya sekali dua kali menelan pahitnya kegagalan, tapi dengan ketangguhannya mereka dapat mengatasi berbagai kendala. Sebut saja di bagian propelan (sayap bawah roket), sebelumnya propellant menggunakan bahan dari baja setebal 1,2 mm, akan tetapi karena masih dapat memuai ketika diluncurkan, propellan justru jebol sesaat setelah lepas landas. Setelah dikaji dan diteliti, akhirnya tim menemukan penyebabnya yaitu saat roket meluncur sempurna, dibutuhkan suhu 300 derajat Celsius, akibatnya mereka harus mengakali agar propellant tahan akan panas 300 derajat tersebut, maka muncullah ide untuk menghambat panas dengan karet atau polimer yang tebal, serta mengganti bahan utama propellant baja dengan alumunium. Hasilnya pun sangat memuaskan, kini propellant bukanlah masalah besar bagi mereka.
Sebenarnya telah banyak Negara Negara yang menguasai di bidang peroketan ini, tetapi mereka sangat enggan untuk berbagi ilmu dengan kita. Harapannya setelah ini kita mampu berdiri di atas kaki sendiri, dan sukses di bidang apapun terutama di bidang peroketan. Melalui uji coba statis di konsorium yang telah dibangun, pemerintah beserta masyarakat dapat terus memantau kemajuan proyek roket Indonesia.
<Pembawa Roket R-Han Versi Jeep>
<Pembawa Roket R-Han Versi Truk>
<Pembawa Roket R-Han Versi Tank SBS Pindad>
Sebentar lagi alutsista matra darat dan laut akan segera di datangi oleh roket R-Han 122 ini, dengan biaya sekitar 75 juta per unit, pemerintah dapat menghemat anggaran sekitar 35 juta per unit, atau hamper mendekati 50% biaya. Seperti yang kita ketahui, Amerika Serikat menjual roket dengan harga 110 juta per unit apabila kita membelinya dengan jumlah minimal 500 unit. Coba difikirkan 110 juta dikali 500 unit, Indonesia dapat membeli sekitar 950 unit roket dari dalam negeri, hemat bukan ?
Title : “R-Han 122” Roket Canggih Buatan Anak Bangsa
Description : Pada sekitar tahun 2007 sejarah berkata lain tentang pengadaan roket di Indonesia. Tahun tersebut adalah tahun cikal bakal roket buatan dala...